INTERAKSI
DAN TINDAKAN SOSIAL
A. Interaksi Sosial
Menurut
Kimbal Young dan Raymond, W. Mack, interaksi sosial adalah kunci dari semua
kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tak akan ada kehidupan
bersama. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk
pergaulan seseorang dengan orang lain. Gillin dan Gillin mendefinisikan
interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Sejak
manusia lahir ke dunia, proses interaksi
sudah mulai dilakukan, walaupun terbatas pada hubungan yang dilakukan seorang
bayi terhadap ibunya. Interaksi sosial erat kaitannya dengan naluri manusia
untuk selalu hidup bersama dengan orang lain, dan ingin bersatu dengan
lingkungan sosialnya. Naluri ini
dinamakan Gregariousness.
Interaksi
sosial memiiliki dua syarat utama yaitu:
1) Adanya
kontak sosial, aksi-reaksi yang meliputi kontak primer melalui berhadapan
langsung (face to face) dan kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang
dilakukan melaui perantara seperti melalui telepon, orang lain, surat kabar,
dan lain-lain.
2) Adanya
komunikasi sosial, baik langsung (tanpa perantara) maupun tidak lansung yaitu
melalui media komunikasi.
Berdasarkan
berlangsungnya interaksi sosial, maka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pelaku
lebih dari satu orang
2) Adanya
komunikasi diantara pelaku
3) Adanya
tujuan mungkin sama atau tidak sama antar pelaku
4) Adanya
dimensi waktu
v Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Empat
faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a.
Imitasi
Imitasi
merupakan suatu proses dimana seseorang atau individu meniru perilaku dan
tindakan orang lain. Terdapat beberapa syarat bagi seseorang sebelum melakukan
imitasi, yaitu:
1) Adanya
minat dan perhatian yang cukup besat terhadap hal yang akan ditiru
2) Adanya
sikap mengagumi hal-hal yang di imitasi
3) Hal
yang akan ditiru mempunyai penghargaan sosial yang tinggi
b.
Sugesti
Sugesti
merupakan suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara pandangan
tingkahlaku dari orangg lain tanpa kritik terlebih dahulu. Sugesti dapat
dibedakan tiga jenis, yaitu:
1) Sugesti
kerumunan (crowd suggestion) adalah penerimaan yang tidak didasarkan pada
penalaran, melainkan karena keanggotaan atau kerumunan.
2) Sugesti
prestise (prestige suggestion) adalah sugesti yang muncul sebagai akibat adanya
prestise orang lain.
3) Sugesti
negatif (negative suggestion) ditunjukan untuk menghasilkan tekanan-tekanan atau
pembatasan tertentu.
c.
Identifikasi
Identifikasi
adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.
Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses
sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Orang lain yangg menjadi sasaran
identifikasi dinamakan idola.
d.
Simpati
Simpati
merupakan faktor yang sama penting dalam proses interaksi sosial, yang
menentukan terhadap proses selanjutnya. Dibandingkan ketiga faktor interaksi
sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui proses yang relatif lambat. Namun,
pengaruh simpati lebih mendalam dan tahan lama.
v Pola-pola
Interaksi Sosial
Interaksi
sosial merupakan suatu proses yang dapat memberikan pola interaksinya. Pola
interaksi sosial merupakan bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok yang bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu.
Pola
interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Didasarkan
atas kedudukan sosial (status) dan peranannya.
2) Merupakan
suatu kegiatn yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan
hasil dari kegiatan tadi.
3) Mengandung
dinamika. Artinya dalam proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan nilai
sosial yang di proses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran.
4) Tidak
mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosial dapat
terjadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat positif atau negatif terhadap
kehidupan masyarakat.
Dari
pola-pola tersebut, berdasarkan bentuknya, interaksi sossial dapat
diklasifikasikan menjadi tiga pola, yaitu:
1) Pola
interaksi individu dengan individu
2) Pola
interaksi individu dengan kelompok
3) Pola
interaksi kelompok dengan kelompok
v Kehidupan
yang Terasing
Pentingnya
kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat teruji terhadap
suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan terasing yang sempurna
ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksisosial dengan
pihak-pihak lain.
Kehidupan
yang terasing dapat terjadi oleh beberapa faktor penyebab sebagai berikut:
1) Adanya
perbedaan fisik (badaniah)
2) Adanya
cacat padaa salah satu indra
3) Adanya
perbedaan ras atau kebudayaan
Pada
beberapa suku indonesia yang tertutup atau terasing dan kurang mengadakan
hubungan dengan dunia luar,maka akan sulit untuk mengadakan suatu interaksi
sosial. Hal ini, disebabkan oleh karena adanya suatu prasangka buruk terhadap
warga-warga suku bangsa laindan juga terhadap pengaruh-pengaruh yang masuk dari
luar, yang di khawatirkan akan dapat merusak norma-norma yang tradisional.
v Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial
Menurut
Gillin dan Gillin, terdapat dua jenis proses sosial yang muncul dari akibat
adanya interaksi sosial, yaitu proses yang mengarah pada terwujudnya persatuan
dan integrasi sosial yang disebut asosiatif. Dan proses oposisi yang
berarti cara berjuang untuk melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai
tujuan tertentu yang disebut disasosiatif.
Ø Bentuk-bentuk
asosiatif adalah sebagai berikut:
1)
Kerja
sama
Kerja sama kooperasi (cooperation)
adalah jaringan interaksi antara orang perorangan atau kelompok yang berusaha
bersama untuk mencapai tujuan bersama.
2)
Akomodasi
Akomodasi
(accomodation) dalam sosiologi mempunyai dua pengertian, yaitu menggambarkan
suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menggambarkan suatu keadaan berarti
adanya keseimbangan interaksi sosial yang berkaitan dengan norma dan nilai
sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai suatu proses menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk meredakan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
3)
Asimilasi
Asimilasi (assimilation)
berarti proses penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat
lingkungan sekitar. Asimilasi merupakan proses sosial tahap lanjut atau tahap
penyempurnaan. Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan
akomodasi.
4)
Akulturasi
Akulturasi (acculturation)
adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaanyang berbeda dan membentuk suatu
kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan aslinya. Lamanya
proses akulturasi sangat bergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap
budaya luar yang masuk.
Ø Bentuk-bentuk
disasosiatif adalah sebagai berikut:
1)
Persaingan
Persaingan (compotition)
merupakan suatu proses sosial ketika berbagaai pihak saling berlomba dan
berbuat sesuatu untuk mencapaai tujuan tertentu. Persaingan terjadi apabila
beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu
yang menjadi pusat perhatian umum.
2)
Kontravensi
Kontravensi (contravension)
merupakan proses sosial yang ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian,
keraguaan, penolakan, dan penyangkalan terhadap kepribadiaan seseorang atau
kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara
lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangaan lain dalam
masyarakan, atau pendirian masyarakat.
3)
Pertikaian
Pertikaian merupakan proses
sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Pertikaian terjadi karena semakin
tajamnya perbedaan mengakibatkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan
melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain.
4)
Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict) adalah
suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
B. Tindakan Sosial
Tindakan
atau aksi (action) berarti perbuatan atau sesuatu yang dilakukan. Secara
sosiologis, tindakan artinya seluruh perbuatan manusia yang dilakukan secara
disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja yang mempunyai makna
subyektif bagi pelakunya.
Di
dalam sosiologi, tindakan sosial banyak dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920)
seorang ahli sosiologi Jerman, dimana tindakan sosial dimulai dari tindakan
individu atau perilaku individu dengan perilaku orang lain, yang diorientasikan
pada tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subyektif, maksudnya
setiap tindakan yang dilakukan seseorang akan memiliki maksud atau makna
tertentu. Dengan kata lain, tindakan sosial merupakan tindakan individu yang
memiliki arti subyektif bagi dirinya yang diarahkan pada tindakan orang lain.
Karena itu, tidak semua perbuatan atau kelakuan manusia dapat dikategorikan
sebagai tindakan sosial.
Jika
ada manusia yang sedang melakukan tindakan seperti sedang menendang pohon, hal
itu bukanlah tindakan sosial karena tindakan individu diarahkan pada benda
mati, sehingga dari benda tersebut tidak akan menimbulkan reaksi sosial
terhadap dirinya. Akan tetapi tindakan terhadap benda mati dapat disebut
sebagai tindakan sosial apabila tindakannya tersebut menimbulkan reaksi dari
orang lain.
Tindakann
sosial yang dimulai dari tindakan individu-individu memiliki keunikan atau ciri
tersendiri. Namun sebagai makhluk sosial, tindakan manusia seunik apapun tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan sosialnya. Tindakan apapun yang semua orang
lakukan bisa jadi mempengaruhi atau dipengaruhi orang-orang disekitarnya.
v Ciri-ciri
Tindakan Sosial
Bertitik tolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial
dan antar hubungan sosial, maka terdapat lima ciri pokok yang menjadi sasaran
sosiologi, yaitu:
1) Tindakan
manusia yang menurut si aktor mengandung makna subyektif, hal ini meliputi
tindakan nyata.
2) Tindakan
nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.
3) Tindakan
yang berpengaruh positif dari suatu situasi, maka tindakan tersebut akan
diulang.
4) Tindakan
itu diarahkan pada seseorang atau pada individu.
5) Tindakan
itu memperhatikan tindakan individu lain dan terarah pada orang atau individu
yang dituju.
v Faktor
Pendorong Melakukan Tindakan Sosial
Manusia
merupakan makhluk yang tidak akan bisa bertahan hidup tanpa manusia lain, sebab
secara biologis manusia adalah makhluk yang paling lemah. Manusia tidak
dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisikyang cukup untuk dapat hidup sendiri.
Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan pendamping dan pertolongan
manusia lain. Kalaupun bertahan hidup tanpa manusia lain, perkembangan jiwa
atau mentalnya tidaklah sesempurna seperti manusia yang tumbuh dan berkembang
dalam kelompok manusia atau masyarakat.
Sejak
dilahirkan ke dunia, manusia mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu
dengan manusia lain disekitarnya ( masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu
dengan lingkungan alam sekitarnya. Untuk memperoleh kedua hasrat tersebut, manusia
menggunakan akalnya ( pikiran, perasaan, dan kehendak).
v Bentuk-bentuk
Tindakan Sosial
Tindakan
manusia, baik sebagai individu maupun makhluk sosial terdiri dari dua tindakan
pokok yaitu tindakan lahiriyah dan tindakan batiniyah, sebagai berikut:
1) Tindakan
lahiriyah adalah tata cara bertindak yang tampak atau dapat dilihat dan
cenderung ditiru secara berulang-ulang oleh banyak orang.
2) Tindakan
batiniyah adalah cara berfikir, berperasaan, dan berkehendak yang diungkapkan
dalam sikap dan bertindak, dilakukan berulang kali dan diikuti oleh banyak
orang. Ungkapan berpola batiniyah yang ditunjukan dalam menyampaikan pikiran
dan perasaan diantaranya bahasa dan isyarat.
Di
dalam kehidupan masyarakat, kita dapat mengenali beberapa pola tindakan
batiniyah yang terdiri dari bentuk-bentuk sebagai berikut:
a) Prasangka
(prejudice), adalah anggapan atau penilaian terhadap suatu fenomena tanpa
ditunjang dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan. Anggapan atau
penilaian dalam sebuah prasangka cenderun mengarah pada hal-hal negatif, sebab
unsur yang paling dominan dalam sebuah prasangka yaitu perasaan atau emosi
(bukan pikiran atau logika).
b) Sikap
sosial (social attitude), adalah suatu bentuk pola perilaku lahiriyah dan
batiniyah terhadap fenomena atau gejala yang mempunyai arti sosial. Secara
lahiriyah sikap ini merupakan suatu kebiasaan bertindak dengan cara tertentu
yang dilandasi perasaan dan keyakinan atau faham.
c) Pendapat
umum (publik opinion), adalah suatu komposisi pikiran masyarakat yang berpola
dan dibentuk dari pendapat beberapa penggolongan atau kelompok.
d) Propaganda,
adalah suatu mekanisme kegiatan yang dilakukan dengan cara mempengaruhi massa
atau publik agar mau untuk menerima pola pikiran tertentu.
Pada
dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe tindakan
berdasarkan tingkat kemudahan untuk dipahami sebagai berikut:
1) Rasionalitas
instrumental merupakan tindakan sosial murni, dimana tindakan tersebut
dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan
tujuan yang akan dicapai (bersifat rasional).
2) Rasionalitas
berorientasi nilai merupakan tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan
manfaatnya, tetapi tujuan yang dicapai tidak terlalu dipertimbangkan yang
penting tindakan tersebut baik dan benar menurut penilaian masyarakat.
3) Tindakan
afektif. Tindakan ini dilakukan dengan dibuat-buat yang didasari oleh perasaan
atau emosi dan kepura-puraan seseorang.
4) Tindakan
tradisional. Tindakan ini didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan
sesuatu dimasa lalunya atau yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, tanpa
perhitungan secara matang, dan sama sekali tidak rasional.
Tindakan-tindakan
sosial tersebut merupakan jalan untuk terbentuknya hubungan sosial diantara dua
aorang atau lebih yang terlibat dalam suatu tindakan atau perilaku tertentu.
1 komentar:
terimakasih, sangat membantu sekali,, :) ada music nya sangat tenang ..
Posting Komentar